STRATEGI PENYAMPAIAN DALAM PENATAAN KOMPONEN MODUL PEMBELAJARAN IPS SD
Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya merupakan pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran yang optimal guna mencapai perolehan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Reigeluth, 1983). Dalam kaitan ini, strategi penyampaian pembelajaran yang tepat merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Degeng (1989, 1994) mengatakan bahwa dalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran banyak variabel yang menentukan kualitas pembelajaran, dan variabel-variabel tersebut hendaknya dijadikan pijakan. Tujuan pembelajaran tidak dapat dimanipulasi, karena sudah ditetapkan dalam kurikulum. Demikian halnya dengan karakteristik isi pelajaran dan keterbatasan sumber-sumber belajar siswa. Pernyataan di atas didukung oleh Dick dan Carey (1985) bahwa dalam merancang pembelajaran, karakteristik perilaku pebelajar dan bahan ajar perlu diperhatikan.
Strategi penyampaian pembelajaran yang dapat memenuhi tuntutan adanya perbedaan individu siswa adalah pembelajaran secara individual. Dalam penerapan strategi ini, sumber belajar by design maupun by utility (AECT, 1986) dapat digunakan, misalnya modul pembelajaran. Sumber belajar seperti modul pembelajaran ini dapat berdaya guna secara optimal apabila penataan komponen-komponennya mengikuti perinsip-prinsip pembelajaran.
Strategi penyampaian (delivery strategy) menurut Degeng (1989) mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran kepada mahasiswa, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari mahasiswa. Oleh karena fungsinya seperti ini, maka strategi ini juga dapat disebut sebagai metode untuk melaksanakan proses pengajaran. Startegi mencakup lingkungan fisik, guru, bahan-bahan pengajaran (misalnya:modul pembelajaran) dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran. media merupakan satu komponen penting dari stategi penyampian pengajaran.
Pembelajaran Individual Sebagai Strategi Penyampaian
Secara umum, pembelajaran individual sebagai salah satu strategi penyampian pembelajaran dibedakan dalam beberapa bentuk, antara lain: (1) individualized instruction, (2) self instruction, (3) independen study, (4) individual instruction, (5) personalized instruction, (6) individually prescribed instruction, (7) individually paced instruction, dan (8) computer assisted instruction.
Secara garis besar pengertian dari bentuk-bentuk pembelajaran individual di atas adalah sebagai berikut: (1) individualized instruction adalah pembelajaran individual yang dirancang dengan memperhatikan perbedaan individu siswa di dalam kelas. Pada waktu-waktu tertentu individu memperoleh perhatian dari pembelajar, pada waktu lain siswa menjadi anggota kelompok (CED; Block, 1975 dalam AECT).
Dalam perancangan pembelajaran perlu dilakukan analisis karakteristik bidang studi yang mencakup analisis tipe bidang studi dan struktur isi bidang studi. Analisis ini penting bagi keperluan pemilihan dan pengembangan strategi pengorganisasian pembelajaran yang optimal, yaitu yang berkaitan dengan pemilihan, penataan urutan, pembuatan rangkuman dan sintesis bagian-bagian bidang studi.
Tipe isi bidang studi menurut Reigeluth dan Merril (1979) terdiri dari empat tipe yang disebutnya sebagai konstruk isi bidang studi, yaitu (1) fakta, (2) konsep, (3) prinsip, (4) prosedur. Untuk bidang studi IPS, konstruk isi bidang studi IPS memiliki kecenderungan berbentuk konsep, maka tipe ini dipilih, karena isi utamanya berupa konsep-konsep. di samping itu, pada tipe ini konseptual menuntut pembuatan konsep yang lebih terstruktur. Pemilihan ini dilakukan sebagai dasar merancang modul pembelajaran IPS serta penataan konsep-konsepnya.
Komponen Modul Pelajaran
Merancang modul pembelajaran yang mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran memuat beberapa komponen. Komponen modul pembelajaran dimaksud adalah (1) tujuan umum pembelajaran, (2) tujuan khusus pembelajaran, (3) kerangka isi pembelajaran, (4) petunjuk penggunaan modul, (5) prasyarat, (6) gambar ilustrasi, (7) prates, (8) bahan pembelajaran, (9) rangkuman, (10) soal latihan, dan (11) tes sisipan.
Tujuan Umum Pembelajaran Umum (TUP) adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini diacuhkan pada keseluruhan isi matakuliah yang diajarkan. Oleh karena itu, tujuan umum pembelajaran akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Selanjutnya tujuan umum pembelajaran dikatakan sebagai pernyataan umum suatu program pembelajaran. Gagne (1988), Dick dan Carey (1985) menjelaskan bahwa di dalam tujuan umum pembelajaran berisi mengenai apa yang harus dimiliki siswa setelah selesai mengikuti suatu pembelajaran. Dengan demikian TUP senantiasa mempunyai arti sebagai hasil belajar siswa setelah selesai belajar dan dalam bentuk pernyataan yang bersifat umum.
Komponen model rancangan pembelajaran yang paling penting adalah tujuan khusus pembelajaran (behavior objective atau performance objective). Winkel (1987) mendefinisikan tujuan khusus pembelajaran sebagai suatu tujuan pembelajaran yang konkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas, yang dapat diwujudkan mengingat perkembangan mahasiswa, tersedianya tenaga pengajar, media pembelajaran dan waktu, yang juga menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang lebih umum.
Tujuan khusus pembelajaran (TKP) berguna untuk mempreskripsikan strategi pengorganisasian mikro yang disebut sebagai tujuan belajar (Degeng, 1989). Di dalam proses kegiatan belajar mengajar, perumusan tujuan khusus pembelajaran memegang peranan penting, karena memberi manfaat antara lain sebagai berikut: (1) memberi kepastian mengenai kemampuan keterampilan, sikap, dan kedalaman apresiasi yang diharapkan dari mahasiswa, (2) memberikan kriteria yang pasti, dengan demikian kemajuan belajar mahasiswa dapat diukur, atau tingkat kemampuan dapat ditentukan secara pasti, (3) memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur keefektifan pengajaran, dan (4) memberikan petunjuk bagi perancang dalam menentukan tipe isi struktur untuk kepentingan strategi pembelajaran.
Kerangka isi pembelajaran dapat dipadankan dengan epitome. Sebagai kerangka isi, keberadaannya hanya mencakup sebagian kecil isi pembelajaran yang amat penting, yang nantinya akan berfungsi sebagai konteks atau kerangka dari isi-isi bahan pembelajaran yang lebih rinci. Epitome berbeda dengan rangkuman, karena epitome tidak memuat semua bagian dari isi pembelajaran yang penting sebagaimana yang terdapat pada rangkuman (Degeng, 1989). Epitome dapat berupa struktur konseptual, struktur prosedural, atau struktur teoritik. Fungsi epitome pada fase pertama untuk menyediakan ideational scaffolding bagi isi yang lebih rinci yang dipelajari kemudian (Reigeluth, 1983).
Menurut Dick dan Carey (1985) prates digunakan untuk mengukur keterampilan yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Prates memuat satu atau beberapa butir soal untuk setiap keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis instruksional, termasuk tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Dick dan Carey mengemukakan bahwa fungsi prates adalah untuk menentukan seberapa jauh mahasiswa telah memiliki keterampilan yang akan diajarkan. Dalam analisis pembelajaran hirarki, tes perilaku awal mengukur semua keterampilan yang ada dibawah garis, sedang prates mengukur semua keterampilan yang ada diatasnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam modul pembelajaran yang dikembangkan prates diberikan pada mahasiswa untuk dijawab sebelum mengerjakan modul. Walau demikian, prates yang dirancang dalam modul pembelajaran ini tidak digunakan sebagai prasyarat dalam mengerjakan modul.
Suhardjono (1990) mengatakan bahwa ringkasan atau rangkuman memberikan sajian hal-hal penting dari pokok bahasan sebagai tujuan kembali terhadap apa yang telah dipelajari. Strategi sajian pembelajaran ini tidak saja memperkuat ingatan, tetapi juga sebagai pendalaman terhadap apa yang telah dipelajari. Suatu bagian teori ingatan mengungkapkan, bahwa meningkatkan ingatan jangka pendek menuju pada ingatan yang lebih permanen, memerlukan jalur penelusuran kembali tentang apa yang telah diingatnya. Makin panjang dan makin terarah jalur tersebut akan makin nyata garis ingatan yang terbentuk.
Terdapat
Dalam modul
Dick dan Carey (1985) menyatakan bahwa tes sisipan (embeded test) adalah sebuah tes yang tidak harus terdiri dari satu perangkat tes, tetapi biasanya terdiri dari beberapa kelompok soal yang disisipkan ke dalam paket belajar. Tes ini mempunyai dua fungsi, yaiutu: (a) untuk mengetes mahasiswa segera setelah pembelajaran dilaksanakan , mendahului postes yang memberikan data berharga bagi evaluasi formatif, dan (b) tujuan yang berkenaan dengan implementasi selangkah ke selangkah dalam pembelajaran, yang sangat berarti apabila dosen memiliki tes sisipan untuk mengecek kemajuan mahasiswa, disamping itu jika diperlukan dapat dipakai untuk menyiapkan kegiatan remedial sebelum pascates yang lebih formal.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran individual sebagai satu strategi pernyampaian pembelajaran dapat dipilih untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang memiliki konstruk isi bidang studi berbentuk konseptual, (2) Perancangan bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran, sangat sesuai untuk diterapkan pada bentuk belajar mengajar secara perseorangan atau mandiri (individual instruction), (3) cara merancang pembelajaran dengan menggunakan modul yang memungkinkan mahasiswa dapat belajar sesuai dengan perbedaan individu dalam kecepatan daya tangkap, motivasi, dan minat adalah dengan menata komponen modul sebagai berikut: (a) tujuan umum pembelajaran, (b) tujuan khusus pembelajaran, (c) kerangka isi pembelajaran, (d) petunjuk penggunaan modul, (e) prasyarat, (f) gambar/ilustrasi, (g) prates, (h) bahan pembelajaran, (i) rangkuman, (j) soal latihan, dan (k) tes sisipan.
DAFTAR RUJUKAN
AECT, 1986. Definisi Teknologi Pendidikan.
AECT. 1979. Education Technoloy: Glosary of Term.
Arikunto, S. 1980. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Charles, CM. 1980. Individualizing Instruction. Second Edition.
Degeng, INS. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel.
Degeng, INS dan Sukarnyana, IW. 1994. Pengaruh Interaktif antara Gaya Kognitif, Motivasi Berprestasi, dan Strategi Pengajaran terhadap Perolehan Belajar dan Retensi. Jurnal Teknology Pembelajaran. Teori dan Penelitian.1-2(2): 27-34.